Tak ada lagi yang mau mendengar keluh kesahku. Bahkan untuk mendengar alasanku, mereka mengalihkan pembicaraan.
Apa memang udah ga pantes buat diceritain? Apa ceritaku membosankan? Aku memang tak pandai bercerita.
Ku akui, aku begitu naif ketika bercerita tentang dia. Tak kan ku gubris yang lain. Ah, rasa apa itu, menjijikan.
Sekarang, ketika aku berhadapan dengan dia, semuanya telah hancur. Dia pun tak mau mendengar alasanku. "Alasan tuh banyak", begitu ucapnya ringan. Tapi aku merasa, aku tak mempunyai banyak alasan lain.
No comments:
Post a Comment